Minggu, 08 Januari 2017

cerita pendek

“THIS IS LOVE”
(hanya cinta yang mampu mengubah segalanya)

Fandi Putra Sanjaya, sang Virgo putra kebanggan dari keluarga sederhana Bachtiar Agung. Lelaki tampan asal Bandung ini memang selalu menarik perhatian wanita, dengan kecerdasan serta kepiawaian yang mampu mengantarkan ia sebagai salahsatu pengusaha muda yang cukup dikenal di Kota Bandung. 26 tahun dengan tinggi badan 170, berkulit putih, dengan tatanan rambut ikal serta memilki tubuh atletis yang menggemaskan, jujur, berkharisma, tidak sombong, sangat menghargai waktu, anti narkoba, seorang aktifis ketika berada di SMA serta Perguruan Tinggi, pantang menyerah, tidak mengenal hura-hura, selalu menghargai orang lain serta memiliki nilai religius yang tinggi dan yang terpenting berdompet tebal. Siapapun wanita yang mengenalnya pasti akan berusaha jungkir balik demi mendapat perhatian darinya, bahkan wanita lain pun pasti akan gigit kuku ketika mendengar cerita tentangnuya. Namun meskipun setiap hari selalu ada wanita yang mencoba mendekatinya, ia tak pernah menoleh dan tidak tertarik pada wanita manapun.

Perkenalkan juga Adinda Rahmawati Suryaning Ponorogo, wanita kaya asal ponorogo putri tunggal dari Aryo Mulyo yang merupakan pengusaha kaya raya di Ponorogo. Wanita berzodiak Leo ini biasa disapa Dinda oleh teman-teman kuliahnya. 21 tahun, dengan tinggi badan 161, berkulit eksotis, dan memiliki sedikit teman. Wanita yang sebenarnya cantik ini menjadi kurang menarik karena tertutupi oleh kebiasaannya. Nakal, cuek, sombong, berantakan, tidak sopan serta memiliki kebiasaan yang suka menghambur-hamburkan uang ayahnya, traffeling kesana kemari, dugem, mabuk mabukan di bar, sering mengikuti balap liar di jalan menggunakan mobil sport yang di beli atas hasil curian perhiasan ibunya, bahkan ia pernah di kurung 4 minggu di kamar oleh ayahnya karena tertangkap sedang menggunakan narkoba di kamarnya, tetapi percuma. Kebiasaan buruk itu telah ia tekuni sejak ia masih SMP dan sampe sekarang tidak ada yang bisa merubahnya, kekayaan serta kewibawaan ayahnya lah yang selalu menyelamatkan ia dari kenakalannya.

Kisah ini bermula ketika sepasang sahabat karib dari kota yang berbeda dan telah lama berpisah bertemu kembali pada sebuah reuni yang di selenggarakan oleh kampus tempat dulu mereka mengisi ilmu. Dan sepasang sahabat itu adalah Agung dan Aryo.

Jumat malam sesaat setelah adzan isya dikumandangkan Aryo sampai di kampus bersama Kuda Jingkrak berwarna merah mengkilap dengan nomor polisi A 12 YO yang langsung menyita pandangan para tamu yang sudah datang lebih awal. Aryo keluar dengan pakaian gagah yang menggambarkan kesuksesannya, tak lama setelah ia membuka kacamatanya tiba-tiba seorang lelaki jangkung dengan pakaian sederhana menepuk bahu aryo dan berkata “gila, apa kabar Yok?” “heh, mungkin anda yang gila, siapa anda?” Aryo kaget mendengar sapaan tersebut, lelaki tersebut tertawa melihat Aryo tersinggung “haha .. kamu memang benar-benar gila Yok, masa lupa sama temen sendiri ngga inget siapa aku? Aku Agung Yok, Agung temenmu dulu sewaktu kuliah” Aryo pun berbalik tertawa sambil berjabat tangan serta menepuk bahunya ketika mengetahui hal tersebut.

Waktu kian larut, namun cahaya bulan seakan bertambah cerah menemani obrolan antara sepasang sahabat yang lama tak bertemu itu. “anakmu cwo kan, usia berapa?” “berkisar 26 tahun” jawab Agung, “aku punya anak cwe ya ngga terlalu cantik memang usianya 21 tahun, aku ko tiba-tiba terfikir buat jodohin anak kita siapa tau cocok. Hehe. Menurutmu gimana?” tanya Aryo, Agung kaget dan menjawab “waaah, ide bagus tuh aku jelas mau lagian siapa si yang ngga mau punya besan orang sukses kaya kamu Yok?” “gausah berlebihan lah, dulu kita juga sama-sama tuh sekolah disini. Kalo kamu setuju biar besok aku atur kapan kita bisa ketemu lagi bareng anak kita” balas Aryo.

(kalian tau siapa Aryo dan Agung? Yaap benar, mereka masing-masing adalah ayah dari Dinda dan Fandi)

Keesokan harinya Aryo mencoba membicarakan mengenai perbincangan semalam dengan putrinya, Dinda kaget mendengar ucapan dari ayahnya “ayah itu apa-apaan si lebay banget sampe-sampe mau jodohin aku segala, emangnya aku ngga laku apa, aku bisa yah cari jodohku sendiri” “siapa bilang ayah mau jodohin kamu, ayah Cuma mau ngenalin aja sama anak temen ayah sewaktu kuliah dulu, bapaknya si baik palingan ananknya juga bakalan baik lah” ujar Aryo, “beneran ya, males banget! awas aja kalo sampe ada interfensi buat maksa aku” tegas Dinda “yaa, siapa tau cocok” tersenyum sambil meninggalkan putrinya. Ditempat yang berbeda Fandi hanya menganggukkan kepala ketika ayahnya menceritakan tentang kejadian semalam. Meskipun ia merasa sedikit malas dan berfikir bahwa palingan wanita seperti biasa yang akan ia temui, namun karena Fandi tidak ingin mengecewakan ayahnya ia pun memilih untuk diam.

Hilangnya dingin digantikan oleh sengatan sejuknya matahari pagi yang cerah mewarnai awal hari Minggu yang biasa Fandi gunakan untuk bersantai serta berolahraga meski hanya sekedar jalan-jalan ketaman untuk menyegarkan fikiran setelah seminggu bekerja. Berbeda dengan minggu biasanya pagi itu Fandi memilih menggunakan sepeda untuk berolahraga, sesampainya di taman Fandi memarkirkan sepedanya di sebelah kolam sedangkan ia sedang asik menikmati suasana taman sambil duduk diantara rerumputan tak jauh dari sepedanya. Tiba-tiba ia kaget ketika melihat seorang gadis dengan mengenakan sepatu roda yang melaju kencang kearahnya, gubraaaak!! Gadis itu pun terjatuh karena menabrak sepeda milik Fandi. “kamu tidak apa-apa?” tanya Fandi kaget sambil mencoba menolong gadis tersebut “apaan sih lo, emang ini taman punya bokap lo apa pake parkir sepeda disini segala jatuh kan gue akhirnya! Sakit nih” Fandi tercengang melihat gadis dengan tindik di hidung dan sebatang rokok ditangannya yang tiba-tiba marah itu “maaf, bukannya kamu yang harusnya bisa lebih hati-hati ini kan tempat umum, harusnya saya yang tersinggung tuh liat sepeda saya sampe nyemplung ke kolam gitu” “hallaaah gausah so alim lo, yang namanya jalan itu buat lewat bukan buat parkir, cakep cakep goblok juga lo ya, harusnya gua tabrakin sekalian tadi ke orangnya biar sekalian tuh bisa renang bareng sepeda” ujar Gadis itu dengan nada tinggi, sebenarnya Fandi merasa sangat tersinggung dengan ucapan-ucapan gadis itu yang dirasanya sangat tidak sopan, “disekolahin nnnng ....!” namun ia menahan amarahnya dan malah mencoba untuk membantu gadis tersebut “sini biar saya bantu” sambil mengulurkan tanganya, “huuust! Apaan sih ngga usah pegang-pegang lo, kenal juga ngga, minggir!” dan langsung pergi meninggalkan Fandi. Fandi kembali terdiam dan terheran karena baru kali ini ia melihat ada seorang gadis yang berlaku tidak sopan padanya “ada ya gadis seperti itu, penampilannya kacau, sifatnya kacau lebih-lebih ucapannya” fikirnya.

Sesampainya dirumah Fandi menceritakan kejadian tersebut pada ayahnya “jadi gitu yah, ko ada ya” “ehh, lah kamu ko belum siap-siap lupa ya hari ini kamu kan mau ayah kenalin dengan temen ayah. Sana mandi!” potong Agung. Tak lama kemudian mereka pun pergi ke suatu restourant tempat dimana Agung dan Aryo telah berjanji akan bertemu siang itu.

Di restourant Agung kaget ketika tba-tiba iya tertabrak seorang gadis yang berjalan gugup menuju toilet, Taaaaar ... “maaf dek, adek tidak apa-apa?” tanya Agung kaget “ihh .. apaan sih” jawab gadis itu, kemudian Fandi mendekati gadis yang mencoba untuk langsung pergi “hey! Kamu punya sopan santun ngga sih, orang tua kamu tabrak terus main pergi gitu aja” Fandi kaget ketika mengetahui bahwa ternyata gadis itu ialah gadis yang menabrak sepedanya tadi pagi “waaaah lo lagi, pahlawan banget sih lo! Mau gue pergi mau gue nabrak gue mati juga bukan urusan lo kali, dunia ini berasa milik lo ya kemana-mana pasti ketemu lo, males banget” ujar gadis itu dan kemudian berjalan pergi.
Tak lama kemudian Aryo pun datang “waaah Pak Agung apa kabar? Maaf nih tadi macet jadi sedikit terlambat” “iya santai saja kami juga baru datang, ohh iya kenalkan ini putra saya namanya Fandi, Fandi ini loh temen ayah namanya om Aryo” “waaah ganteng juga putra mu Gung” celuk Aryo “haha, maklum masih muda, eh ngomong-ngomong dimana putrimu?” tanya Agung “tadi sih katanya mau ke toilet dulu ..... waaah itu tuh anaknya, Din! Sini .... kenalin ini temen papah namanya om Agung dan ini putranya namanya Fandi” Fandi merasa benar-benar kaget ketika melihat gadis putri om Aryo ini ternyata gadis yang menabrak sepedanya tadi pagi dan menabrak ayahnya barusan, namun Fandi tetap bertindak santai sambil mengulurkan tangannya “Fandi” ucapnya, “Iya, Dinda” jawab Dinda simpel dan merasa sedikit malu. Obrolan antara Agung dan Aryo pun semakin menjadi sampai akhirnya Aryo memutuskan untuk meninggalkan putrinya dan Fandi di restourant itu “Din, nanti kamu pulangnya bareng sama Fandi ya, papah mau ada perlu dulu sama om Agung, nak Fandi tidak keberatan kan?” “tentu pak” jawab Fandi. Merekapun pergi meninggalkan Fandi dan Dinda.

Sepuluh menit berlalu tanpa sepotong obrolanpun yang mereka ucap, mereka masing-masing masih berfikir tentang orang aneh yang berada di hadapannya sekarang. “ehh maksud bokap kita apaan sih pake acara ngenalin kita segala” “disuruh tunangan mungkin” gurau Fandi “hallah ngarep banget sih lo, cupu. Males gue” “kamu punya fikiran ngga si? Tak lihat-lihat bebas banget hidupmu” “heh Fandi, hidup itu buat dinikmati bukan diratapi, bokap gue kaya jadi bebas dong mau apa aja” “sombong banget kamu, yang kaya bokap aja sombong. Semua itu punya bokap mu bukan punya mu, malu dong harusnya bilang kaya gitu” “udah ahh males dengerin ceramahannya pahlawan, mending sekarang lo anter gue ke bar males tau disini” “aku ngga suka main ke bar” jawab Fandi “heh, siapa juga yang ngajak lo, gue Cuma minta dianter sebab mobil bibawa bokap Mr. Fandi. Mikir dikit napa”. Tanpa banyak obrolan lagi akhir nya Fandi pun mengantar Dinda ke bar, dan sesampainya di bar Fandi langsung meninggalkan Dinda.

Tepat pukul 1 malam, disaat orang pada umumnya sedang terlelap tidur Dinda malah keluar dari rumahnya dan menuju tempat balap liar menggunakan mobil sport miliknya. “hey temen-temen Ratu Dinda datang” ujar salah satu temannya ketika melihat Dinda turun dari mobilnya. “bos ada anak baru tuh, dari tadi nyariin bos, katanya sih mau nantangin balap” “hahaha, siapa dia songong banget, belum tau apa siapa gue?” ujar Dinda “namanya Ryan bos, kabar-kabarnya sih dia liar banget kalo main balap suka curang juga bos makanya dia sering menang” “mana orangnya, panggil dia kesini” bentak Dinda, Ryan datang dan menyapa “hay Dinda sayang, manis juga ternyata. Dari pada kita balapan mending main ke hotel aja yuk, kita bisa senang-senang disana” “heh! Siapa lo berani banget bilang gitu sama gue, enak aja bilang mau ngajak gue tidur. Ayok buktikan kalo lo cowo! Kita main” jawab Dinda dengan nada tinggi, Ryan tertawa melihat ekspresi Dinda “hahaha .. ayok manis, siapa takut. Kita main pake 50 Juta, gimana? Kalo ngga berani mending sekarang juga ikut gue ke hotel aja lah ayok” Dinda kaget mendengar jumlah uang taruhan yang ditawarkan oleh Ryan menurutnya sih terlalu banyak, namun karena ia gengsi dan yakin bisa mengalahkannya akhirnya Dinda pun menerima tantangan itu.

Gemuruh suara musik dari salah satu mobil di lokasi tersebut semakin kencang berbanding terbalik dengan keadaan malam yang kian larut, Dinda dan Ryan pun masing-masing sedang mempersiapkan mobilnya. Ramainya suasana dan ucapan-ucapan sinis dari masing-masing kubu menambah panas situasi. Dau mobil sport berwarna merah muda milik Dinda dan mobil Hitam milik Ryan telah bersanding ditengah jalan, suara gas dari kedua mobil semakin memburu pertanda balap pun siap dimulai. “satu.. dua.. tiga.. “ teriak para penonton, dan kedua mobil pun melesat dengan kencangnya, 80% lintasan telah terlewati dengan posisi Dinda selalu memimpin, sampai pada akhirnya disebuah tikungan yang sepi Ryan bermain curang dengan menabrakkan mobilnya ke sisi samping mobil milik Dinda hingga Dinda pun hilang keseimbangan dan mobil merah muda milik Dinda akhirnya terbalik karena menginjak trotoar yang tinggi.

Akibat kejadian semalam kaki kiri Dinda lumpuh, dan dokter belum bisa memastikan apakah kakinya bisa sembuh kembali. “heey” Dinda kaget ketika ia terbangun ternyata disamping tempat tidurnya ada Fandi yang sedang duduk memegang semangkuk makanan “ehh lo ko disini?” tanya Dinda “udahlah lagi sakit masik jutek aja si kamu” sambil membantu Dinda duduk “nih makan dulu, kata dokter kamu harus banyak makan biar gendut” gurau Fandi “hehe.. apaan sih biar sembuh kali” jawab Dinda. Tak lama kemudian Dokter datang bersama Aryo dan mengatakan kepada Dinda bahwa kaki kirinya lumpuh. Suasana menjadi haru Dinda terdiam untuk beberapa saat hingga akhirnya menangis sambil memeluk ayahnya “tidak mungkin pah, kaki Dinda pasti baik-baik aja ya kan Dok. Papah, papah bohong kan? Kaki dinda ngga apa-apa kan pah” keluh Dinda sambil menangis dan terus memeluk ayahnya “yang sabar ya Din” kata Fandi, Dinda pun kembali merengek “ngga, ngga mungkin, aku masih mu.. da pah ma.. sa depan ku ma.. sih pa.. jang” suaranya terputus-putus karena tangisnya.

Semenjak itu kehidupan Dinda menjadi berubah, ia jadi lebih sering menyendiri, diam, menghindar dan menangis seakan ia belum bisa menerima apa yang telah terjadi padanya. Ia lebih merasa sedih ketika ia sedang terpuruk seperti ini dia tidak memiliki teman untuk sekedar menemani hari-harinya.

Hari berikutnya Dinda sudah diperbolehkan pulang dan hanya melakukan rawat jalan. Sesampainya dirumah Dinda terkejut ketika melihat Fandi sudah berada di rumahnya dan memegang semangkuk makanan “pagi Dinda” sapa Fandi “hiiih lo ko disini si, bawa apa lagi tuh” tanya Dinda “makanan lah kamu kan belum gendut” cgurau Fandi. Fandi pun mendorong kursi roda yang digunakan Dinda menuju taman di belakang rumah hingga kemudian mereka saling bercerita tentang mereka satusama lain. Tak terasa dua minggu berturut-turut Fandi selalu datang dipagi hari dengan membawa sebuah mangkuk berisi makanan untuk Dinda, entah apa yang ada di fikiran Fandi kenapa ia mau melakukan hal itu bahkan Fandi selalu menemani Dinda ketika ia menjalankan terapi di Rumah Sakit. “Fan kenapa si kamu baik sama aku, mau nyiapin makanan tiap pagi buat aku gini?” tanya Dinda “aku perduli sama kamu Din, aku juga pengen kamu bisa lebih baik dari kebiasaanmu dulu” jawab Fandi.

Perlahan setiap malam Dinda selalu memikirkan Fandi dan memikirkan ucapan-ucapan yang pernah dikatakan olehnya, ia sadar bahwa ternyata kehidupannya selama ini kacau seperti yang pernah dikatan Fandi. Hingga akhirnya Dinda pun mulai mencoba untuk memperbaiki semua sikap dan kebiasaan buruknya.

Tepat dua bulan sepuluh hari Dinda bisa kembali berjalan normal seperti biasa karena terapi rutin yang dijalaninya dan yang utama adalah karena semangat motivasi yang selalu Fandi berikan setiap pagi. Dinda sangat bahagia ketika terapi yang dijalaninya selama ini berhasil. Di belakang rumah Dinda melihat Fandi yang sedang duduk di taman dekat kolam ikan, kemudian Dinda pun berjalan perlahan menghampirinya, “eh Din awas hati-hati kakimu kan belum terlalu kuat jangan terlalu banyak gerak dulu lah” kata Fandi yang melihat Dinda berjalan kearahnya “ngga apa-apa Fan aku kuat ko”. Mereka pun duduk bersanding menghadap kolam sambil memberi makan ikan “eh Fan, aku baru berani nanya nih, kenapa si selama ini kamu baik banget sama aku” ujar Dinda memulai obrolan “aku kan udan pernah bilang dulu aku itu perduli sama kamu” sambil menatap wajah Dinda “Fan baru kali ini aku kenal cwo sebaik kamu, makasih banget udah mau nemenin aku tiap pagi, nyiapin aku sarapan tiap pagi, nganter aku terapi, ngasih motivasi buat aku, eh kamu tau ngga sekarang aku udah berubah lho, aku ngga nakal lagi, aku ngga ngrokok lagi, dikit-dikit bisa lah sopan kaya kamu hehe. Makasih banget Fan, aku kadang bingung mau bales gimana sama kebaikan kamu” “kamu ngga perlu lakuin apa-apa ko” jawab Fandi singkat “Fan, aku nyaman kalo lagi bareng sama kamu aku ngrasa kalo aku butuh kamu, butuh banget. Fan aku sayang kamu, Jangan tinggalin aku yaa” pinta Dinda, Fandi pun kaget mendengar ucapan Dinda dan tiba-tiba memotong “maaf Din, aku ngga bisa lusa aku harus pulang ke Bandung. Karena bulan depan aku nikah. Sebelumnya maaf kalo aku ngga pernah ceritain semua ini ke kamu”. Dinda hanya terdiam sambil mencoba menahan agar air matanya tidak keluar didepan Fandi, tak lama kemudian fandi pun pergi meninggalkan Dinda, saat itu baru air matanya tak bisa ia tahan lagi, ia sangat sedih, kaget, dan dengan berat hati ia harus menyadari ternyata selama ini Fandi menemani dan mengurusnya hanya sebatas karena ayah mereka bersahabat dan Fandi tidak ingin mengecewakan ayahnya.

Dua minggu setelah kejadian itu Fandi benar-benar menikah dengan perempuan lain, tiap kali Dinda mengingat Fandi ia selalu menangis itu sebabnya ia memilih untuk tidak menghadiri undangan pernikahan Fandi. Namun Dinda sadar kalau ternyata Fandi bukanlah jodoh untuknya lebih tepatnya ia ingat ucapan gurunya sewaktu SMA “lelaki baik hanya untuk wanita yang baik”. Dan semenjak kejadian itu Dinda selalu berusaha untuk menghilangkan kebiasaan buruknya agar menjadi wanita yang lebih baik.
Tamat ...

1 komentar:

  1. 1xbet korean sportsbook and betting guide with live betting
    If you are an esports fan, there 바카라 is 1xbet no 1xbet korean 바카라 sportsbook in the market. If you love eSports, you can also find one here.

    BalasHapus